Kamis, 01 Desember 2011

Pendidikan anak


Seorang penyair asal Lebanon “kahlil Gibran”(1883 – 1931), yang mengatakan dalam salah satu syairnya, “ anakmu...bukanlah dirinya…mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri, mereka bisa terlahir dari Rahimmu, tapi mereka bukan berasal darimu….pada mereka kamu bisa memberikan tempat tinggal untuk tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka. Engkau bisa seperti mereka tapi jangan coba-coba menjadikan mereka seperti dirimu. Karena hidup tidak sejalan mundur dan tidak pula berada pada masa lalu.

 salam sejahtera……buat  yang dah jadi bapak2 ibu2 ato calon bapak dan calon ibu….

Pendidikan adalah usaha sistematis dengan penuh kasih untuk membangun peradaban bangsa. Di balik sukses ekonomi dan teknologi yang di tunjukan Negara-negara maju, semua itu semula di semangati nilai-nilai kemanusiaan agar kehidupan bisa di jalani lebih mudah, lebih produktif dan lebih bermakna.

Mengutip ucapan tokoh pendidikan yaitu bapak komarudin hidayat,’ Pembina sekolah berwawasan
Internasional (SBI) madani, ketika pendidikan tidak lagi menempatkan nilai-nilai agung sebagai basisnya, maka yang dihasilkan adalah orang yang selalu mengejar materi untuk memenuhi tuntuntan physical happiness yang durasinya hanya sesaat dan potensial membunuh nalar dan nurani. Pendidikan yang sehat adalah yang secara sadar membantu anak didik bisa merasakan, menghayati makna hidup dari yang bersifat fisik sampai moral serta peduli dan tanggap terhadap lingkungan sosial.

Kenyataan lebih banyak anak murid seolah robot-robot tak berhati yang lemah bahasa bathin dan jiwa, tak menghargai guru demikian juga terhadap orangtuanya sendiri. Sebagai seorang pengajar SMP yang baru 1 th ini saya geluti sering merasa apakah karena kesalahan sy sebagai pengajar yg tidak mampu mengajar mereka namun jika diperhatikan di tempat saya mengajar ada suku melayu dan dayak, justru kebanyakan  anak – anak dayak yang mayoritas non muslim itu yang lebih bisa bersikap santun dan menghargai gurunya, antusias  mengikut pelajaran dengan baik, semangat belajar yg baik walaupun mereka tergolong dari keluarga yang kurang mampu dan banyak juga sebagai anak rantau yang berasal dari kampung-kampung dayak pedalaman, anak murid seperti inilah yang buat saya tersentuh dan ingin membantunya tulus dengan panggilan jiwa, tetapi bila ingat anak – anak melayu sama suku dengan saya lebih sering buat hati emosi n rasa sedih tiap kali selesai mengajar mereka di kelas, saya berpikir mungkin saya belum mampu menjadi guru yang baik atau yang bisa mengubah baik sikap-sikap mereka yang di lingkungan keluarga dan masyarakatpun seperti itu. Sungguh tugas yang berat buat saya, mungkin lebih baik serahkan pada ahlinya di akhir tahun 2011 ini. Namun panggilan jiwa tetap saya tanamkan demi membantu anak – anak yang sungguh - sungguh ingin belajar. Hemat saya banyak media untuk menjadi guru sejati walaupun tidak harus di depan kelas, tetapi alangkah baiknya lagi jika lansung di depan kelas….namun tidak semua orang memilih mencurahkan banyak waktunya di depan kelas. Seorang sutradara juga guru yaitu mengajar orang dari pesan moral lewat karya  filmnya, guru kursus dan pelatihan dll…,semua itu hanya podium saja yang membedakan.

Demikian anak adalah titipan tuhan yang siap kita arahkan, sebagai orangtua kita adalah fasilitator kita tidak bisa memaksa ia agar menjadi A, B ato C tidak ada anak yang bodoh seperti yang di ungkapkan howard garner,psikolog Harvard university memformulasikan 7 jenis kecerdasan dalam bukunya frames of mind ( 1983 ) yang ada adalah yang manakah yang lebih menonjol dari 7 kecerdasan yang dimiliki anak anda jadi jika ia tidak terampil matematika mungkin ada bakat yang lain dan sebagai orangtua kita bisa membina dan mengarahkan bakat tersebut. Demikian pula masalah moralitas janganlah kita sepenuhnya menyerahkan kepada sekolah saja untuk pendidikan anak terutama pada moral, budi pekertinya karena waktu kehidupannya lebih banyak dirumah yang sebenarnya lebih mencontohi kebiasaan keluarga dan lingkungannya sedang di sekolah yang cenderung pada pelajaran agama dan PPKN apalagi di sekolah negeri hanya 2 jam pertemuan dalam seminggu, demikian teori tidak begitu banyak memberi harapan,,,,ada ungkapan bahwa mencontoh anak dengan bahasa tubuh sangat efektif berbanding bahasa lisan namun bukan bearti kita tidak memberi nasehat dengan lisan itupun harus, contoh baik sejak kecil dimulai dari orangtuanya karena anak cenderung mengikuti kebiasaan orgtuanya seperti adab sopan santun, berbicara dll. 

                                                By erlyn…ups maaf klo ada yang salah maklum masih amatir
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar